Jumat, 31 Oktober 2014

Manusia dan karya sastra

NOVEL

Sebutan novel dalam bahasa inggris berasal dari bahasa Itali novella, dalam bahasa Jerman novelle berarti sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet ( Inggris : novelette ) yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang tidak terlalu panjang namun juga tidak terlalu pendek.

Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini paling beredar, karena daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu sastra serius dan sastra hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel serius bukan saja dituntut menjadi karya yang indah, menarik dan juga memberikan hiburan kepada pembacanya, tetapi lebih dari itu. Syarat utama novel adalah harus menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang selesai membacanya.

Novel yang baik adalah novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai saja, yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk menyelesaikannya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa novel serius punya fungsi sosial, sedangkan novel hiburan hanya berfungsi personal. Novel berfungsi sosial karena novel yang baik ikut membina orang tua, masyarakat menjadi manusia. Sedangkan novel hiburan tidak memperdulikan apakah cerita yang dihidangkan tidak membina manusia yang terpenting bahwa novel tersebut memikat orang untuk segera membacanya.

Banyak sastrawan yang memberi batasan atau definisi novel. Batasan atau definisi yang mereka berikan berbeda – beda karena sudut pandang yang mereka pergunakan juga berbeda – beda karena sudut pandang yang mereka pergunakan juga berbeda – beda. Definisi – definisi itu antara lain adalah sebagai berikut :

Novel adalah bentuk sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat (Jakob Sumardjo Drs)
Novel adalah bentuk karya sastra yang didalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial, moral, dan pendidikan ( Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M.Pd )
Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, dan keduanya saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra ( Drs. Rostamaji, M.Pd, Agus Priantoro, S.Pd )
Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik ( Paulus Tukam, S.Pd )
Unsur – Unsur Novel

Novel mempunyai unsur-unsur yang turut membangun novel menjadi cerita yang menarik, unsur tersebut dibagi menjadi 2 ( dua ) yaitu (1) unsur intrinsik dan (2) unsur ekstrinsik.

A. Unsur Instrinsik

Unsur instrinsik dalam sebuah novel terdiri dari :

1. Tema

Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks. Sebagai unsur semantris dan yang menyangkut persamaan – persamaan dan perbedaan – perbedaan ( Hartoko dan Rahmanto, 1986 : 142 ). Tema disaring dari motif – motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa – peristiwa, konflik dan situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat mengikat kehadiran dan ketidakhadiran peristiwa, konflik, situasi tertentu, termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain, karena hal – hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan tema yang ingin disampaikan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai selurh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.

2. Setting / latar

Latar / setting yang disebut juga sebagai landas tumpu menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan ( Abrams, 1981 : 175 ).

Senada dengan pendapat diatas menyatakan bahwa setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita. Setting ini meliputi waktu, tempat, sosial budaya, ( Drs. Rustamaji, M.Pd., Agus Priantoro, S.Pd ). Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca. Menciptakan suasana tertentu yang seolah – olah sungguh – sungguh ada dan terjadi.

Latar dapat dibedakan tiga unsur pokok yaitu :

(1) Latar tempat

Latar tempat menyusun pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

(2) Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa – peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

(3) Latar sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra.

3. Penokohan

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang diotampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

Berdasarkan perbedaan sulit pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat dikategorikanm ke dalam beberapa jenis, yaitu:

(1) Tokoh utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan.

(2) Tokoh Protagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita.

(3) Tokoh Antagonis

Tokoh antagonis merupakan tokoh penyebab terjadinya konflik dalam sebuah cerita.

(4) Tokoh sederhana

Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas peribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja.

(5) Tokoh bulat ( kompleks )

Tokoh bulat ( kompleks ) adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.

(6) Tokoh Statis

Tokoh Statis memiliki sikap dan watak yang relatif tetap , tak berkembang, sejak awal sampai akhir cerita.

(7) Tokoh Berkembang

Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan berkembang perwatakan sejalan dengan perkembangan serta perubahan peristiwa dan plot yang dikisahkan.

(8) Tokoh Tipikal

Tokoh Tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaan. Tokoh ini merupakan penggambaran pencerminan atau penunjukkan terhadap orang atau sekelompok orang yang terikat dalam sebuah lembaga, atau seorang individu sebagai bagian dari lembaga yang ada di dunia nyata.

(9) Tokoh Netral

Tokoh Netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar – benar merupakan tokoh imajiner, yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi, Ia hadir semata – mata demi cerita, atau bahkan dialah yang empunya cerita, pelaku cerita dan diceritakan.

(10) Tokoh Tambahan

Tokoh lain dalam cerita selain tokoh utama.

4. Alur / Plot

Alur / Plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu pertama alur maju ( progesif ) yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan yang kedua alur mundur ( flash back progesif ) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung. Plot / alur menampilkan kejadian – kejadian yang mengandung konflik maupun menarik bahkan mencekam pembaca.

5. Sudut Pandang

Sudut pandang ( point of view ) merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.

Sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu :

1) Sudut Pandang orang pertama : “ Aku “

Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata – katanya sendiri.

2) Sudut Pandang orang ketiga : “ Dia “

Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlibat di dalam cerita, pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.

3) Sudut pandang campuran

Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, Ia serba melihat, serba mendengar dan serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.



B. Unsur Ekstrinsik

Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang dan lain – lain diluar unsur intrinsik. Unsur ekstrinsik yaitu unsur – unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur-unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra.


Jadi novel adalah salah satu karya sastra Paling populer, paling banyak beredar, dan novel merupakan karangan prosa yang memiliki cerita lebih panjang dari cerpen, dan juga di tulis secara naratif.


 Berikut saya akan membahas salah satu novel fiksi yang berjudul "harry potter"

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglWTaYTqzXhtSHyQyWxStmRrwjoVVOdpJY1QmAFLthgvVfKVuN3KH77eQQeiKDeleeolUFzxRiBmE6DYlNr9wWPMntbr9iN7b0Y4RwFQr1-DQlSwnXIBoM7K_u0QFPCmdjM4wZ8WLZ5rA/s320/download-harry-potter-novels.jpg


Penulis J.K. Rowling
Seniman sampul Jonny Duddle (Inggris)
Mary GrandPré (AS)
Negara Britania Raya
Bahasa Inggris
Genre Fantasi, fiksi remaja, misteri, thriller, Bildungsroman, transisi usia, realisme sihir
Penerbit Bloomsbury Publishing (Britania Raya)
Scholastic Press (Amerika Serikat)
Tanggal terbit 29 Juni 1997 – 21 Juli 2007
Media Cetak (sampul keras & sampul biasa)
Buku audio
Buku elektronik
Halaman 3407 total
Edisi Indonesia
Judul Harry Potter
Penerjemah Listiana Srisanti
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Tanggal terbit September 2000 – Januari 2008
Halaman 5248 total
Seri 1. Harry Potter dan Batu Bertuah
2. Harry Potter dan Kamar Rahasia
3. Harry Potter dan Tawanan Azkaban
4. Harry Potter dan Piala Api
5. Harry Potter dan Orde Phoenix
6. Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran
7. Harry Potter dan Relikui Kematian

 Plot :

Dalam bab pertama di novel pertama, Harry Potter dan Batu Bertuah, dikisahkan bahwa peristiwa yang luar biasa telah terjadi di dunia sihir, suatu peristiwa yang sangat luar biasa, bahkan para Muggle melihat tanda-tandanya. Latar belakang mengenai peristiwa luar biasa ini dan sosok Harry Potter diungkapkan secara bertahap sepanjang seri. Setelah bab pendahuluan, kisah novel melompat bertahun-tahun kemudian, saat sebelum ulang tahun kesebelas Harry Potter, dan pada titik ini, latar belakang Harry Potter mulai terungkap.
Kontak pertama Harry dengan dunia sihir adalah melalui seorang manusia setengah raksasa bernama Rubeus Hagrid, penjaga dan juru kunci di Hogwarts. Hagrid mengungkapkan tentang sejarah masa lalu Harry. Melalui cerita Hagrid, Harry mengetahui bahwa saat ia bayi, ia menyaksikan pembunuhan orangtuanya oleh seorang penyihir hitam jahat bernama Lord Voldemort, yang kemudian juga berupaya untuk membunuhnya. Untuk alasan yang tidak diketahui, mantra yang dilontarkan oleh Voldemort untuk membunuh Harry berbalik kepadanya. Harry selamat dengan menyisakan bekas luka berbentuk sambaran petir di dahinya sebagai bukti atas serangan tersebut, dan Voldemort menghilang. Setelah selamat dari serangan Voldemort, Harry menjadi seorang legenda hidup dalam dunia sihir. Namun, atas perintah dari seorang penyihir terhormat dan terkenal bernama Albus Dumbledore, Harry yang yatim piatu dititipkan pada kerabat Muggle nya yang tidak menyenangkan, keluarga Dursley. Keluarga Dursley bersedia untuk merawat Harry, namun memutuskan untuk merahasiakan hal-hal magis darinya dengan harapan bahwa Harry akan tumbuh "normal".
Dengan bantuan Hagrid, Harry bersiap untuk menjalani tahun pertamanya di Hogwarts. Harry pun mulai menjelajahi dunia sihir, pembaca akan diperkenalkan pada berbagai lokasi utama yang digunakan di sepanjang seri. Harry bertemu dengan sebagian besar karakter utama dalam seri, termasuk dua tokoh yang kelak akan menjadi sahabat baiknya: Ron Weasley, seorang penyihir yang berasal dari keluarga penyihir murni, kuno, namun miskin, dan Hermione Granger, seorang penyihir cerdas yang berasal dari keluarga nonpenyihir atau Muggle. Di Hogwarts, Harry juga bertemu dengan guru ramuan Severus Snape, yang menunjukkan kebencian dan ketidaksukaannya pada Harry. Plot buku pertama diakhiri dengan konfrontasi antara Harry dan Lord Voldemort untuk kedua kalinya; Voldemort berupaya untuk memperoleh kembali keabadian dengan cara mendapatkan kekuatan dari Batu Bertuah, zat yang memberikannya kehidupan yang kekal, dan Harry beserta teman-temannya berusaha untuk menggagalkannya.
Seri dilanjutkan dengan Harry Potter dan Kamar Rahasia, yang mengisahkan tentang tahun kedua Harry di Hogwarts. Harry dan teman-temannya menyelidiki misteri 50 tahun yang lalu terkait dengan peristiwa mencekam yang kembali terjadi di sekolah. Adik perempuan Ron, Ginny Weasley, menjalani tahun pertamanya di Hogwarts, dan menemukan sebuah buku harian yang ternyata merupakan buku harian milik Voldemort saat ia masih bersekolah di Hogwarts. Ginny dikuasai oleh Voldemort melalui buku hariannya dan menuntunnya untuk membuka jalan ke "Kamar Rahasia", melepaskan monster kuno yang menyerang para siswa di Hogwarts. Novel ini menggali tentang sejarah Hogwarts dan legenda seputar Kamar Rahasia. Untuk pertama kalinya, Harry mengetahui bahwa prasangka rasial mengenai "darah murni" dan "darah kotor" juga ada dalam dunia sihir, dan bahwa saat Voldemort berkuasa, penyihir keturunan Muggle atau "berdarah campuran" sering dijadikan sasaran teror. Harry juga mengetahui bahwa ia bisa berbicara Parseltongue (bahasa ular), pemilik kemampuan tersebut sangat jarang dan sering dikaitkan dengan Ilmu Hitam. Novel ini berakhir setelah Harry menyelamatkan kehidupan Ginny dengan membunuh Basilisk dan menghancurkan buku harian tersihir yang menjadi sumber masalah.
Novel ketiga, Harry Potter dan Tawanan Azkaban, mengisahkan tentang tahun ketiga Harry di Hogwarts. Ini adalah satu-satunya novel Harry Potter yang tidak menampilkan Voldemort dalam ceritanya. Sebaliknya, Harry mengetahui bahwa ia menjadi target Sirius Black, seorang pembunuh yang melarikan diri dari penjara sihir, dan diyakini ikut terlibat dalam kematian orangtua Harry. Setelah Harry dilemahkan oleh dementor – makhluk sihir hitam yang memiliki kekuatan untuk melahap jiwa manusia – yang ditempatkan di Hogwarts untuk melindungi sekolah, Harry bertemu dengan Remus Lupin, guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam yang kemudian terungkap bahwa ia merupakan manusia serigala. Lupin mengajarkan Harry langkah-langkah pertahanan tingkat atas terhadap sihir hitam, terutama dementor, yang umumnya belum dipelajari oleh siswa seusianya. Harry kemudian mengetahui bahwa Lupin dan Black dahulunya adalah sahabat ayahnya, dan Black dijebak oleh teman mereka yang lainnya, Peter Pettigrew. Dalam novel ini, terungkap bahwa tidak satupun guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam yang bertahan lebih dari satu tahun ajaran, dan hal ini selanjutnya berulang dalam novel-novel berikutnya.

Kembalinya Voldemort

"The Elephant House", a small, painted red café where Rowling wrote a few chapters of Harry Potter and the Philosopher's Stone.
"The Elephant House" – kafe di Edinburgh tempat Rowling menulis bab-bab pertama Harry Potter.
Selama tahun keempat Harry di Hogwarts (dikisahkan dalam Harry Potter dan Piala Api), Harry secara tidak terduga terpilih sebagai peserta Turnamen Triwizard; kontes sihir berbahaya di mana Harry harus bersaing melawan penyihir-penyihir "jagoan" dari sekolah-sekolah sihir lainnya, dan juga siswa dari Hogwarts sendiri. Selama turnamen, Harry dipandu oleh Profesor Alastor "Mad-Eye" Moody, yang kemudian diketahui adalah seorang penipu –salah satu pendukung Voldemort bernama Barty Crouch, Jr yang menyamar. Pada titik ini, terjadi pergeseran pengisahan dari yang sebelumnya hanya berupa firasat, dugaan, dan ketidakpastian, menjadi suatu konflik terbuka. Rencana Voldemort dengan menyusupkan Crouch ke dalam turnamen untuk membawa Harry padanya berhasil. Meskipun pada akhirnya Harry berhasil lolos dari Voldemort, Cedric Diggory, wakil Hogwarts lainnya dalam Turnamen Triwizard, terbunuh, dan Voldemort kembali memasuki dunia sihir dengan fisik utuh.
Dalam buku kelima, Harry Potter dan Orde Phoenix, Harry kembali berhadapan dengan Voldemort yang baru bangkit. Dalam menanggapi kemunculan Voldemort, Dumbledore kembali mengaktifkan Orde Phoenix, yaitu perkumpulan rahasia yang bergiat dari rumah keluarga Sirius Black yang bertujuan untuk menghadapi pelahap maut Voldemort dan melindungi siapapun yang menjadi target Voldemort, terutama Harry. Meskipun Harry dan Dumbledore telah menjelaskan tentang kembalinya Voldemort, Kementerian Sihir dan kebanyakan masyarakat sihir lainnya menolak mempercayai bahwa Voldemort telah kembali.[22] Dalam upaya untuk melawan dan mendiskreditkan Dumbledore, Kementerian menunjuk Dolores Umbridge sebagai Inkuisitor Agung Hogwarts. Umbridge lalu mengubah Hogwarts menjadi rezim diktator dan melarang siswa mempelajari cara-cara untuk mempertahankan diri dalam melawan sihir hitam.
Harry kemudian membentuk "Laskar Dumbledore", sebuah kelompok belajar rahasia di mana Harry bertugas untuk mengajari teman-temannya keterampilan sihir Pertahanan terhadap Ilmu Hitam tingkat tinggi yang telah ia pelajari. Harry mengetahui bahwa ada ramalan penting mengenai dirinya dan Voldemort, dan ramalan inilah yang telah memicu Voldemort untuk membunuh orang tua Harry. Harry juga mengetahui bahwa ia dan Voldemort memiliki koneksi yang tidak diinginkan, dan menyakitkan setiap kali koneksi itu muncul, yang membuat Harry bisa menyaksikan tindakan Voldemort secara telepati. Dalam klimaks novel ini, Harry dan teman-temannya bertempur secara langsung menghadapi Pelahap Maut. Meskipun kedatangan tepat waktu para anggota Orde Phoenix menyelamatkan nyawa Harry dan teman-temannya, Sirius Black terbunuh dalam pertarungan ini.
Dalam buku keenam, Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran, Voldemort mulai melancarkan perang terbuka. Di Hogwarts, Harry dan teman-temannya yang beranjak remaja secara relatif terlindungi dari bahaya. Mereka terlibat dalam berbagai permasalahan remaja, dan Harry akhirnya mulai berkencan dengan Ginny Weasley. Di awal-awal cerita, Harry menemukan buku ramuan tua yang penuh dengan coretan dan instruksi-instruksi tidak resmi dari sang pemilik buku yang misterius; si "Pangeran Berdarah Campuran". Buku ini dengan cepat menjadi sumber kesuksesan Harry dalam kelas ramuan, namun karena berbagai mantra ilegal yang tertulis di dalamnya, buku ini juga menjadi sumber kekhawatiran, terutama dari Hermione. Pada tahun ini, Harry juga mengikuti pelajaran privat dengan Dumbledore, yang menunjukkan pada Harry berbagai kenangan tentang kehidupan awal Voldemort. Selama pelajaran privatnya, terungkap bahwa untuk mempertahankan hidupnya, Voldemort telah membagi jiwanya menjadi potongan-potongan, menciptakan serangkaian horcrux, benda dengan kekuatan jahat yang tersembunyi di berbagai lokasi, dan salah satunya adalah buku harian yang dihancurkan Harry dalam buku kedua. Musuh Harry yang arogan, Draco Malfoy, berusaha untuk membunuh Dumbledore di sepanjang novel. Upaya Malfoy ini memuncak dengan terbunuhnya Dumbledore oleh Profesor Snape; si "Pangeran Berdarah Campuran" yang sebenarnya.
Novel terakhir dalam seri, Harry Potter dan Relikui Kematian, dimulai langsung setelah peristiwa dalam buku keenam. Voldemort sukses menguasai dan mengontrol Kementerian Sihir. Harry, Ron, dan Hermione memutuskan untuk tidak kembali ke Hogwarts dan memulai upaya mereka untuk menemukan dan menghancurkan horcrux Voldemort yang tersisa. Untuk memastikan keselamatan mereka sendiri serta keluarga dan teman-teman mereka, ketiganya terpaksa mengisolasi diri mereka di lokasi-lokasi yang tidak terlacak. Dalam petualangan mereka mencari horcrux, mereka bertiga mengetahui detil tentang masa lalu Dumbledore, tentang benda lainnya yang disebut hallow yang bisa digunakan untuk menangkal horcrux, serta motif Snape yang sebenarnya – ia bekerja untuk Dumbledore sejak pembunuhan ibu Harry.
Buku ketujuh ini memuncak dalam Pertempuran Hogwarts. Harry, Ron, dan Hermione beserta anggota Orde Phoenix, para guru, dan siswa Hogwarts, bertempur untuk mempertahankan Hogwarts dari Voldemort, Pelahap Mautnya, dan berbagai makhluk gaib. Beberapa karakter utama tewas dalam pertempuran gelombang pertama. Setelah mengetahui bahwa ia sendiri adalah horcrux, Harry menyerahkan dirinya kepada Voldemort, yang melontarkan kutukan maut padanya. Namun, para pejuang Hogwarts tidak menyerah. Meskipun mereka meyakini bahwa Harry telah tewas, mereka terus berjuang. Harry, yang sebenarnya berhasil kembali dari situasi antara hidup dan kematian dan kemudian berpura-pura mati, akhirnya menghadapi Voldemort, yang semua horcruxnya telah hancur. Dalam pertempuran berikutnya, Voldemort terbunuh oleh kutukannya sendiri yang berbalik. Di akhir novel, terdapat sebuah epilog yang menceritakan tentang kehidupan para karakter yang bertahan hidup dan keberlangsungan dunia sihir.
{{{box_caption}}}
{{{box_caption}}}
{{{box_caption}}}
{{{box_caption}}}
{{{box_caption}}}
Sampul-sampul novel Harry Potter edisi Amerika Serikat.
 
 
 
 
Daftar pustaka :
http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/pesona-puisi/segala-hal-tentang-novel
http://id.wikipedia.org/wiki/Harry_Potter

Rabu, 29 Oktober 2014

Manusia dan kebudayaan Tangerang

Asal Muasal Dan Kebudayaan Tangerang


Jika dilihat dari hasil sensus penduduk tahun 1905 dan 1930 terlihat bahwa penduduk Tangerang pada waktu itu sudah terdiri dari berbagai etnik. Namun demikian golongan etnik mana yang menjajakkan kaki terlebih dahulu di bumi Tangerang tidak diketahui dengan pasti. Secara garis besar hanya dapat digambarkan komposisi penduduk di Tangerang pada awalnya, yaitu terdiri atas etnik Sunda, Jawa, Betawi, Cina, Arab dan Eropa. Pada masa itu kelompok etnik Sunda sebagian besar menempati daerah Tangerang Selatan dan Tangerang Tengah yang meliputi wilayah kecamatan Tangerang, Cikupa, Serpong, Curug, Tigaraksa dan Legok. Menurut kronik sejarah Banten, kedatangan orang Sunda di Tangerang berawal dari keikut sertaan orang-orang Priangan menyerbu Batavia bersama pasukan Mataram, namun setelah usai perang mereka tidak kembali kedaerahnya melainkan minta izin tetap tinggal di Tangerang. Sampai sekarang mereka dapat diidentifikasikan sebagai orang Sunda, selain mereka tetap menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Mereka menyebut kampung dimana mereka tinggal dengan nama Sunda seperti Kampung Priangan (sekarang Priang), Lengkong Sumedang dan lain-lainnya.

Kelompok etnik Sunda masa itu pada umumnya mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan mengusahakan barang-barang kerajinan. Mereka umumnya penganut agama Islam yang taat. Kelompok etnik Betawi sebagian besar menempati wilayah sepanjang perbatasan Batavia seperti wilayah kecamatan Teluknaga, Batuceper, Ciledug dan Ciputat. Pada masa itu mereka hidup sebagai petani yang sekaligus juga pedagang. Barang dagangan yang mereka jual terutama buah-buahan dan sayur-sayuran. Wilayah mereka relatif dekat dengan Batavia sehingga memungkinkan mereka menjual hasil pertanian ke Batavia. Mereka ini juga umumnya pemeluk agama Islam yang sangat taat. Kelompok etnik Jawa menempati wilayah Tangerang Barat Laut dan Tangerang Utara terus menyusur pantai utara pulau Jawa, yang meliputi kecamatan Mauk, Kresek dan Rajeg. Kelompok ini jika dilihat dari segi bahasa diperkirakan berasal dari keturunan sisa-sisa prajurit Mataram. Mereka sehari-hari menggunakan bahasa Jawa dan pada umumnya hidup sebagai petani nelayan. Kelompok Etnik Cina diperkirakan datang ke Tangerang, bersamaan dengan Belanda yang menduduki dan membangun Batavia. Pembangunan Kota Batavia pada waktu itu membutuhkan sejumlah tenaga tukang sehingga perlu didatangkan imigran-imigran Cina ke Batavia. Selain itu ada pula orang-orang Cina yang telah tinggal di sini sebelum Belanda datang. Mereka hidup sebagai tukang pembuat arak. Arak buatan orang Cina ini sangat disukai awak kapal Belanda. Di sisi lain Kelompok Etnik Cina bukan hanya memberi sokongan tenaga kerja tetapi mereka juga membantu dalam keuangan pajak. Gelombang besar kedatangan kelompok ini terjadi pada pertengahan abad 18 sehingga berakibat banyak pengangguran dan terjadi gangguan keamanan.
Pada tahun 1740 timbul pemberontakan Cina di Batavia. Setelah kejadian itu, kelompok etnik ini dilarang tinggal di kota, selain harus tinggal dalam satu perkampungan agar mudah diawasi. Perkampungan kelompok etnik Belanda sebenarnya merupakan kelompok kecil tetapi menduduki posisi penting, dan kehidupan ekonomi mereka juga lebih baik. Mereka banyak menduduki jabatan tinggi dalam dinas sipil dan militer. Misalnya, waktu itu sebagai direktur dan staf perkebunan. Adapun kelompok yang paling sedikit pada masa itu adalah etnik Arab. Menurut sensus tahun 1905, etnik Arab hanya 20 orang dan sensus tahun 1930 jumlah kelompok meningkat menjadi 185 orang.

SENI, BUDAYA & MAKANAN KHAS


Nama Cagar Budaya : 
Bendungan Pasar Baru
Lokasi : 
Jl. KS. Tubun - Koang Jaya, Kec. Karawaci

(Deskripsi Cagar Budaya) Bendungan Pasar Baru dibangun tahun 1927 dan mulai dioperasikan tahun 1930 dimasa penjajahan Belanda. Bendungan tersebut mampu mengairi +/- 40.633 Ha sawah yang berada di daerah Kota dan Kabupaten Tangerang. Bendungan ini awalnya bernama bendungan Sangego, kemudian lebih dikenal dengan sebutan Bendungan Pintu Air Sepuluh atau Bendungan Pasar Baru. Bangunannya terdapat 10 (sepuluh) pintu air dari besi dan 11 (sebelas) tiang penopangnya. Konstruksi terbuat dari beton bertulang. Pada sisi utara dan selatan bangunan terdapat rel lori yang digunakan untuk mendistribusikan pintu air pengganti jika ada pintu air yang rusak.

Nama Cagar Budaya : 
Benteng Heritage ( Rumah Arsitektur Cina )
Lokasi : 
Pasar Lama - Kel. Sukasari, Kec. Tangerang

(Deskripsi Cagar Budaya) Bangunan Benteng Heritage dibangun sekitar abad 18 dengan arsitektur bangunan cina yang sangat kental. Bangunan tersebut adalah dua bangunan kembar yang dijadikan satu. Interior bangunan sangat didominasi oleh warna merah dengan hiasan cina seperti medalion, hewan mitologi dan sebagainya. Bangunan ini berlantai dua dan menghadap ke arah barat. Pada lantai I terdapat macam-macam lukisan dan meubel, sedangkan pada lantai II digunakan sebagai pameran koleksi barang-barang Tionghoa yang berupa artefak dan barang baru. Bangunan tersebut memiliki jalan penghubung ke Kelenteng melalui pintu belakang.

Nama Makanan : 
Dodol Cina Tangerang

(Deskripsi Makanan) Kue keranjang atau yang sering disebut dengan dodol Cina ini bahan dan proses pembuatannya tak beda jauh dengan dodol tradisional. Adonan tepung ketan, gula, santan dimasak dengan api sedang dan diaduk dalam kuali selama berjam-jam hingga menjadi kental dan lentur. Setelah itu barulah dicetak dengan keranjang atau cetakan bundar. Dodol Cina ini selalu saja ada di beberapa perayaan hari besar khususnya imlek. Kue keranjang atau dodol Cina ini memang identik dengan perayaan masyarakat Tionghoa. Konon katanya, dodol Cina ini wajib dimakan setelah prosesi sembahyangan di hari imlek. Karena rasanya manis dan lengket merupakan lambang harapan akan datangnya pengalaman manis dan menyenangkan di tahun baru.

Nama Makanan : 
Laksa Tangerang

(Deskripsi Makanan) Laksa adalah salah satu makanan khas Indonesia yang terdapat di sejumlah daerah termasuk di Tangerang dengan berbagai citarasa sesuai asal daerahnya. Bahan dasar Laksa adalah tepung beras yang dihidangkan dengan kuah santan yang diberi bumbu khas dan dicampur dengan daun Kucai serta kacang kedelai dan sebagai tambahan biasanya diberi telor rebus atau ayam goreng/bakar.

Nama Makanan : 
Sayur Besan

(Deskripsi Makanan) Adalah makanan khas Tangerang yang selalu dihidangkan pada saat orang tua mempelai laki-laki datang ke rumah orang tua mempelai wanita pada cara pernikahan (ngabesan), sehingga sayur ini dinamakan Sayur Besan. Sayur Besan biasanya terdiri dari sayuran telur tebu, kentang, irisan tempe, Soun dengan memakai kuah Santan.

Nama Kesenian : 
Tari Cokek

( Deskripsi Kesenian ) Adalah sebuah tarian khas Tangerang yang merupakan perpaduan antara budaya China, Betawi dan Jawa. Budaya tari cokek sendiri diperkirakan sudah ada dan berkembang di perkampungan pesisir Tangerang sejak awal abad ke-19. Pada zaman itu Tangerang dikuasai tuan-tuan tanah yang biasa menggelar pesta hiburan sebagai ajang unjuk gengsi. Tarian ini menjadi pemandangan biasa di rumah kawin saat warga keturunan Tionghoa menjalani ritual upacara pernikahan (Chiou Thoau). Biasanya acara menari bersama ini berlangsung dua hari dua malam dengan diiringi oleh musik Gambang Kromong.

Nama Kesenian : 
Barongsai

( Deskripsi Kesenian ) Singa Batu model dari Cieh Say ini ada bermacam-macam, tapi yang utama mengikuti dua aliran yaitu aliran Utara dan Selatan. Yang dimaksud aliran Utara adalah terdapat disebelah utara sungai Yang Zi, bentuknya garang, badannya tegap, mulutnya persegi seperti yang kita lihat di kelompok istana kekaisaran di Beijing, sedangkan aliran selatan terdapat disebelah selatan sungai Yang Zi, bentuknya lebih bervariasi, lebih luwes tapi kurang gagah. Aliran Selatan pada umumnya terdapat di Kelenteng-Kelenteng di Indonesia khususnya di Kota Tangerang. Namanya Singa Batu tetapi bentuk sebenarnya berwujud anjing Say yang pada waktu itu dipelihara Kaisar dan hanya di Istana saja tinggalnya karena dianggap suci. Barongsai yang berkembang di Tangerang terdiri dari Kilin, Peking Say, Lang Say dan Samujie.

Karna tugasnya bertemakan manusia dan kebudayaan, jadi saya mengambil salah kebudayaan tangerang yaitu tari cokek..

Tari Cokek adalah  seni pertunjukan yang berkembang pada abad ke 19 M di Kabupaten Tangerang,  Propinsi Banten. Tarian ini dimainkan oleh sepuluh orang penari wanita, dan  tujuh orang laki-laki pemegang gamang kromong,  alat musik yang mengiringinya. Alunan musik gamang  kromong merupakan hasil kombinasi suara yang ditimbulkan oleh rebab dua  dawai, suling, kempul, gong, kendang dan kecrek.

Tari cokek adalah tarian khas Tangerang, yang diwarnai budaya etnik China. Tarian ini diiringi orkes gambang kromong ala Betawi dengan penari mengenakan kebaya yang disebut cokek. Tarian Cokek mirip sintren dari Cirebon atau sejenis ronggeng di Jawa Tengah. Tarian ini kerap identik dengan keerotisan penari, yang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat lantaran dalam peragaannya, pria dan wanita menari berpasangan dalam posisi berdempet-dempetan. Cokek sendiri merupakan tradisi lokal masyarakat Betawi dan China Benteng, yaitu kelompok etnis China yang nyaris dipinggirkan, dan kini banyak bermukim di Tangerang.

Sejarah munculnya  Tari Cokek berawal dari adanya pentas hiburan yang diadakan oleh para tuan tanah  Tionghoa yang tinggal di Tangerang. Dalam pentas seni itu, Tan Sio Kek, yang  merupakan salah satu tuan tanah di Tangerang, mempersembahkan tiga orang penari  sebagai wujud partisipasinya dalam pesta hiburan rakyat itu. Pada awalnya, dia menyisipkan  tarian para gadis cantik tersebut sebagai pertunjukan tambahan. Namun, berawal dari  pertunjukan tambahan itulah, kemudian para penari ini menjadi terkenal dan berdiri  sendiri sebagai kelompok penari yang kemudian tariannya dinamakan Tari Cokek. Kata  “cokek” diambil dari tuan tanah yang bernama Tan Sio Kek, orang pertama yang  mengilhami pertunjukan tarian ini.

Keistimewaan

Keistimewaan Tari  Cokek terlihat pada gerakan tubuh penarinya yang bergerak perlahan-lahan,  sehingga mudah untuk diikuti. Tarian diawali dari formasi memanjang, di mana  antara satu penari dengan penari lainnya saling bersebelahan. Setelah itu, kaki  para penari digerakkan melangkah maju mundur dengan diikuti rentangan tangan  setinggi bahu. Rentangan tangan itu disesuaikan dengan gerakan kaki yang  bergerak maju mundur tersebut. Gerakan ini kemudian dilanjutkan dengan ajakan  kepada para penonton untuk ikut bergabung menari. Ajakan kepada para penonton itu  dilakukan dengan cara mengalungkan selendang ke leher sambil menariknya maju ke  depan. Ajakan itu umumnya ditujukan kepada tamu undangan yang terdiri dari para  pemuka masyarakat dan orang kaya setempat. Proses menari bersama ini dilakukan  berdekatan antara penari dengan penonton, tapi tidak saling bersentuhan.

Selain gerakannya  yang pelan dan mudah diikuti, tari cokek juga memiliki keistimewaan lainnya yaitu  busana penarinya. Busana yang dipakai para penari cokek adalah kebaya yang  terbuat dari kain sutra yang berwarna hijau, merah, kuning, dan ungu. Warna  kain ini dapat bertambah mencolok ketika terkena pancaran sinar lampu. Kilauan  busana ini menambah indahnya nuansa warna pada busana itu. Selain keindahan  busananya, rambut para penari yang dikepang dan dipasangi sanggul juga menambah  kecantikan para penari itu.

Tari Cokek  biasanya dipentaskan di Rumah Kawin yang terletak di Jalan Selapajang Jaya,  Kampung Melayu, Kabupaten Tangerang, Propinsi    Banten, Indonesia.

Daftar pustaka: http://disporbudpar.tangerangkota.go.id/
http://riniintama.wordpress.com/kebudayaan-tari-cokek/