Sabtu, 18 November 2017

Foreign exposure

Foreign exposure

Foreign exposure (FE) dapat diartikan sebagai suatu risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan sebagai akibat perubahan atau fluktuasi kurs valas. Suatu perusahaan MNC atau perusahaan yang melakukan transaksi internasional (ekspor dan impor) tentu arus kas (cash flow nya) akan terpengaruh secara langsung oleh fluktuasi kurs valas. Misalnya jika terjadi depresiasi domestic currency atau rupiah terhadap USD dan JPY, tentu beban impor akan semakin meningkat, tetapi sebaliknya penerimaan ekspor dapat pula meningkat.

Bahkan, perusahaan yang tidak melakukan transaksi internasional pun secara tidak langsung akan terpengaruh dengan fluktuasi kurs valas. Adanya perubahan kurs valas tentu akan mempengaruhi supply dan demand di dalam negeri sehingga akan berpengaruh pula pada cash flow perusahaan. Pada dasarnya, pengaruh fluktuasi kurs valas tidak hanya terjadi terhadap transaksi perusahaan, tetapi juga berpengaruh terhadap nilai sekarang (present value) dari transaksi yang dilakukan dan neraca serta laporan rugi laba perusahaan.

Secara umum, pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap perusahaan dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :
1.    Transaction Exposure.
2.    Economic / Operating Exposure
3.    Translation / Accounting Exposure.

Ada juga buku yang menambahkan exposure keempat, yaitu tax exposure. Pada dasarnya tax exposure merupakan bagian dari Translation Exposure.

1.        Manajemen Transaction Exposure.
Transaction exposure diartikan sebagai risiko pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap future cash transaction. Pengukuran risiko ini dapat dilakukan dengan 2 tahapan, yaitu sebagai berikut.

A.  Menentukan Perkiraan Neto dari Inflow dan Outflow dalam Setiap Valas.
Misal suatu perusahaan internasional memiliki dua subsidiary yang mempunyai transaksi sbb:
•   Subsidiary X mempunyai net inflow   :  USD500,000.00
•   Subsidiary Y mempunyai net outflow :  USD600,000.00
·      Konsolidasi net outflow : - USD100,000.00

Dalam hal ini, jika USD apresiasi terhadap rupiah, maka net effect nya akan merugikan perusahaan karena nilai outflow nya meningkat dan sebaliknya jika USD depresiasi terhadap rupiah, net effect nya akan menguntungkan perusahaan karena nilai outflow nya menurun jika dinilai dalam rupiah.

Perkiraan net transaction inflow dan outflow juga dilakukan oleh perusahaan MNC dengan noncentralized approach atau centralized approach. Noncentralized approach dilakukan oleh MNC dengan menetapkan masing masing subsidiary nya melakukan net transaction inflows dan outflow nya sendiri-sendiri. Akan tetapi, kebijaksanaan ini dapat menimbulkan biaya hedging yang lebih tinggi.
·         Misalnya suatu MNC memiliki subsidiary I yang mempunyai transaction inflow dari ekspor bulanannya ke Inggris sebesar GBP20 juta.
·         Subsidiary II mempunyai transaction outflows dari impor bulanannya dari supplier di Inggris sebesar GBP 20 juta.

Jika masing masing subsidiary melakukan hedging atas transaction exposure nya sendiri sendiri, tentu biaya akan lebih tinggi. Hal ini dapat terjadi karena biasanya spread antara kurs jual dan kurs beli untuk forward rate pada bank sekitar 1%. Dengan demikian, spread untuk GBP20 juta = GBP200,000 per bulan atau mencapai GBP2,4 juta per tahun.
Dalam hal ini, jika dilakukan centralized approach, tentu biaya hedging yang harus dibayar pada bank dapat dihindari atau dikurangi dan perusahaan akan menghemat biaya tersebut


B.  Menentukan Tingkat Risiko atau Exposure dari Seluruh Valas
Perusahaan yang memiliki beberapa transaction dalam berbagai valas dapat menjumlahkan seluruh hasil konversi transaksi valas ke dalam mata uang lokal atau domestic currency seperti contoh transaksi pada sebuah MNC Amerika pada Tabel 6.1 di bawah ini.


Tabel 10.1
Tingkat Risiko atau Exposure Valas

Currency
Inflow
Outflow
Netto
Range of Forex Rate
Range of Netto
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
CAD
2 M
6 M
4 M
(outflow) USD0.79-0.81
USD 3.16 M-3.24 M (outflow)
DEM
10 M
12 M

2 M
(outflow) USD0.48-0.52
USD 0.96 M-1.40 M (outflow)
FRF

100 M
60 M

40 M
(inflow) USD0.09-0.11
USD 3.60 M-4.40 M (inflow)
CHF
1 M
6 M
5 M
(outflow) USD0.56-0.64
USD 2.80 M-3.20 M (outflow)
Keterangan :  M = millions (jutaan)

Dari data/informasi di atas perlu dicatat. beberapa hal penting sebagai berikut..
·         Pada posisi di atas, net position dalam forex tidak dapat dilakukan offsetting.
·         Open position terbesar (nonoffset) adalah dalam FRF, yaitu net inflow FRF40 millions (kolom 4).
·         Dengan menggunakan kemungkinan range of forex rate untuk USD, dapat ditentukan nilai minimum dan nilai maksimum kemungkinan nilai inflow dan outflow untuk masing masing forex seperti tercantum pada kolom 6.

Transaction exposure untuk setiap forex akan ditentukan oleh :
  • Besarnya open position untuk masing masing forex,
  •  Besarnya kemungkinan range forex rate untuk suatu I periode dan forex tertentu.


Berdasarkan kemungkinan range forex rate pada kolom 5, ternyata :
1.      Risiko atau transaction exposure terbesar berdasarkan nilai open position adalah FRF, yaitu FRF4.40 millions;
2.      Transaction exposure terbesar adalah dalam CHF, yaitu USD0.56 sampai dengan USD0.64 atau sebesar USD0.08.

Forex Corelation :
Faktor penting lain yang menentukan risiko atau transaction exposure adalah forex correlation, yaitu kuat atau tidaknya hubungan antara berbagai valas atau forex.

Berdasarkan pengamatan terhadap forex correlation, dapat dikemukakan bahwa secara umum mata uang Eropa mempunyai korelasi yang kuat dan positif dengan USD. Ini berarti bahwa apabila DEM apresiasi terhadap USD, mata uang Eropa lainnya seperti FRF, CHF, dan lain lain akan apresiasi juga dengan tingkat yang relatif sama dan demikian pula sebaliknya. Nilai tukar USD terhadap CAD relatif stabil atau tetap.

Hal yang sama juga dapat diamati terhadap korelasi rupiah dengan valas hard currency pada umumnya, terutama sekali USD. Bila USD apresiasi terhadap rupiah dengan tingkat tertentu, maka JPY, DEM, FRF, dan lain lain juga akan apresiasi dengan tingkat yang relatif sama dan demikian pula sebaliknya.

P ada contoh di bawah ini akan ditunjukkan bagaimana menentukan transaction exposure dari suatu MNC USA yang memiliki beberapa transaction dalam berbagai valas.

Misalkan MNC USA mempunyai transaksi sebagai berikut:
·         Inflows FRF 40,000,000 x USD 0.10/FRF = USD 4,000,000.00

·         Outflow ke Eropa:
= USD 1,000,000.00 à DEM 2,000,000 x USD 0.50/DEM
CHF 5,000,000 x USD 0.60 CHF  = USD 3,000,000.000
Total Outflow ke Eropa USD 4,000,000.00
·         Outflow ke Kanada:
CAD 4,000,000 x USD 0.80/CAD  = USD 3,200,000.000

2.      Manajemen Economic/Operating Exposure
Economic exposure juga dapat berpengaruh terhadap perusahaan domestik yang tidak melakukan transaksi luar negeri (ekspor dan impor). Misalnya suatu perusahaan Indonesia memproduksi suatu produk dari bahan baku lokal dari produksinya hanya dipasarkan di dalam negeri atau dengan kata lain perusahaan tersebut tidak melakukan transaksi luar negeri. Walaupun demikian, cash flow perusahaan ini tetap akan terpengaruh oleh fluktuasi rupiah.

Misalnya, karena apresiasi rupiah, impor produk yang sama dari luar negeri akan meningkat disebabkan harganya relatif menjadi lebih murah. Karena adanya persaingan dari produk impor, tentu penjualan perusahaan Indonesia akan menurun. Dengan kata lain, cash flow nya akan terpengaruh karena adanya fluktuasi rupiah terhadap valas.

Bila perusahaan meminta perlindungan kepada pemerintah, misalnya dengan tariff barrier ataupun non tariff barrier maka tentu hal ini akan menjadi hambatan bagi usaha penggalakan free trade area (FTA). Oleh karena itu, dapat dikatakan juga bahwa peningkatan usaha pembentukan wilayah perdagangan / free trade juga tergantung pada stabilitas kurs valas.

Pada prinsipnya, setiap perubahan atau fluktuasi kurs valas tentu akan berpengaruh terhadap penerimaan atau revenues dan pengeluaran atau cost perusahaan.

Pengaruh perubahan / fluktuasi kurs valas ini akan tercermin pada income statement atau laporan rugi laba suatu perusahaan seperti contoh di bawah ini:

Misalkan, sebuah perusahaan Indonesia memproduksi kayu lapis untuk pasar dalam negeri dan mengekspor ke Jepang yang dinilai dalam JPY.

Diasumsikan skenario fluktuasi kurs Rp/JPY dan perkiraan penjualan dalam negeri ke Jepang sebagai berikut:

Tabel 10.2
Pengaruh Fluktuasi Kurs Rp/JPY terhadap Penjualan Dalam Negeri
Kurs JPY
Perkiraan Penjualan Dalam Negeri

Rp 20 / JPY
Rp200 juta
Rp 2l / JPY
Rp225 juta
Rp 22 / JPY
Rp250 juta






Diasumsikan pula income statement perusahaan dari pemasaran dalam negeri dan di Jepang dapat dilihat pada Tabel 10.2

Berdasarkan asumsi skenario perubahan kurs valas di atas, economic exposure yang mungkin terjadi terhadap income statement perusahaan dapat diukur sebagaimana tercantum pada skenario Tabel 10.3
Kesimpulan pokok yang dapat dicatat dari perhitungan di atas adalah bahwa setiap perubahan kurs valas akan berpengaruh terhadap present value dari cash flow atau penerimaan dan pengeluaran perusahaan, yaitu sebagai berikut.

Tabel 10.3
Income Statement

Income Dalam Negeri Jepang
Sales Rp 225 juta JPY20.0 juta

Cost of goods sold Rp 100 juta JPY10.0 juta
Gross Profit Rp 125 juta JPY10.0 juta
Operating Expenses
(Direct Cost) Rp 45 juta –
EBIT Rp 80 juta JPY10.0 juta
Interest Expenses (20%) Rp 16 juta JPY 2.0 juta
EBT Rp 64 juta JPY 8.0 juta


Tabel 10.4
Economic Exposure

Income Statement Skenario Kurs Valas
Rp20/JPY Rp21/JPY P22 Y
1. Sales Dalam Negeri Rp200 Rp225 Rp250
2. Sales di Jepang JPY10 juta Rp200 Rp210 Rp220
3. Total Sales Rp400 Rp435 Rp470
4. Cost of Goods sold
• Di Dalam Negeri Rp100 Rp100 Rp100
• Di Jepang JPY10 juta Rp200 Rp210 Rp220

5. Total Cost of Goods Sold Rp300 Rp310 Rp320
6. Gross Profit Rp100 Rp125 Rp150
7. Operating Expenses
(Direct Cost) Rp 45 Rp 45 Rp 45
8. EBIT Rp 55 Rp 80 Rp105
9. Interest Expenses
• Di Dalam Negeri Rp 16 Rp 16 Rp 16
• Di Jepang JPY1.5 juta Rp 30 Rp31.5 Rp 33
10. Total Interest Expenses Rp 46 Rp47.5 Rp 49
11. EBT Rp 9 Rp32.5 Rp 56
  •  Apresiasi rupiah dari Rp2l/JPY menjadi Rp20/JPY ternyata menyebabkan EBT menurun dari 32,5 juta rupiah menjadi 9 juta rupiah atau rugi.
  • Depresiasi rupiah dari Rp2l/JPY menjadi Rp22/JPY ternyata menyebabkan EBT meningkat dari 32,5 juta rupiah menjadi 56 juta rupiah.



3. Manajemen Translation/Accounting Exposure (T/AE).
Translation/accounting exposure diartikan sebagai risiko perubahan/fluktuasi kurs valas terhadap consolidated financial statement perusahaan. Besar atau kecilnya pengaruh translation/accounting exposure ini terhadap perusahaan internasional atau MNC tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut :

1.      Tingkat/Kadar Pengaruh Subsidiary Luar Negeri
Dalam hal ini,, makin besar peranan suatu subsidiary MNC di luar negeri maka akan makin besar pula pengaruhnya terhadap consolidated financial statement dari MNC tersebut. Misalnya suatu MNC yang lebih banyak melakukan ekspor dari home country nya sendiri, maka pengaruh subsidiary-nya di luar negeri relatif kecil sehingga consolidated financial statement tidak terlalu terpengaruh oleh perubahan atau fluktuasi kurs valas atau dapat dikatakan bahwa translation/accounting exposure nya relatif kecil. Namun, MNC ini tetap dapat mengalami tingkat pengaruh yang besar dari transaction dan economic/operating exposure.

2.      Lokasi Foreign Subsidiary Berada
Jika subsidiary berada di negara yang kurs valasnya relatif stabil, translation/ accounting exposure ini akan relatif kecil dan demikian pula sebaliknya.

3.      Metode Akuntansi yang Digunakan.
Bagaimana metode yang digunakan untuk menilai asset dan liabilities akan menentukan tingkat translation/accounting exposure.


Berikut ini ditunjukkan contoh translation/accounting exposure yang dialami suatu MNC USA yang memiliki subsidiary di UK.


Tabel 10.5
Translation/Accounting Exposure

Tahun Pelaporan Subsidiary Earning Average Forex Rate Translation Earning
Tahun I GBP5 M USD2.40 / GBP USD12.0 M
Tahun II GBP6 M USDI.15 / GBP USD 6.9 M

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa meskipun pene¬rimaan subsidiary di UK meningkat 20%, yaitu dari GBP5 M menjadi GBP6 M, ternyata consolidated income statement MNC USA tersebut menurun sebesar USD5.1 M (USD12M USD6.9 M).


Hal ini dapat terjadi karena depresiasi GBP yang relatif besar, yaitu dari USD2.40/GBP menjadi GBP1.15/GBP dan bukan karena kesalahan atau kegagalan subsidiary UK,

Sebagai kesimpulan umum dari uraian beberapa macam exposure di atas, beberapa faktor penentu tingkat exposure dapat diringkaskan sebagaimana terdapat pada Tabel 10.6


Tabel 10.6
Faktor Penentu Tingkat Exposure

Type Forex Exposure Faktor Penentu Tk. Exposure
1.      Transaction Exposure • Nilai receivable/payable yang akan diterima dalam masing-masing valas.
·         Potensi Tk. fluktuasi masing-masing nilai valas.
·         Korelasi fluktuasi valas yang bersangkutan.

2.      Economic/ Operating Exposure
·         Ketiga faktor di atas
·         Dampak fluktuasi valas atas cash flow domestic currency.

3.      Translation/Accounting Exposure
·         Tk. Bisnis dari masing-masing foreign subsidiary
·         Potensi Tk. fluktuasi valas terhadap reporting currency.
·         Korelasi fluktuasi valas yang bersangkutan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar