Etika Bisnis Dan Budaya Perusahaan
pada PT. Telkom dan PT. Djarum
·
ETIKA
BISNIS DAN BUDAYA PERUSAHAAN
Perseroan
senantiasa memegang teguh moral dan etika yang merupakan landasan penerapan
GCG. Seiring waktu pembelajaran kami dalam mengelola GCG, maka penerapannya
membentuk kesadaran hukum dan menghasilkan karyawan yang peka terhadap tanggung
jawab sosial serta dicintai pelanggan.
·
Panduan
Perilaku (Code of Conduct)
Sebagai
panduan perilaku bagi seluruh insan Perseroan,kami menerbitkan Keputusan
Direksi No.KD.201.01/2014 tentang Etika Bisnis di Lingkungan Telkom Group.
Perseroan memiliki perangkat etika bisnis, yang merupakan standar perilaku
karyawan dalam berhubungan dengan pelanggan, pemasok, kontraktor, sesama
karyawan dan pihak-pihak lain yang mempunyai hubungan dengan perusahaan.
·
Pemberlakuan
Penerapan Kode Etik Bagi Dewan Komisaris, Direksi Dan Karyawan
Sesuai
ketentuan Sarbanes Oxley Act (“SOA”) 2002 section 406, Perseroan menjalankan
kode etik yang berlaku bagi seluruh level organisasi, yaitu Dewan Komisaris,
Direksi dan pejabat kunci lainnya serta seluruh karyawan yang dapat dilihat
pada website Perseroan
http://www.telkom.co.id/hubungan-investor/tata-kelolaperusahaan/ kode-etik/
Untuk setiap perubahan dan pengesampingan terhadap kode etik kami
informasikanmelalui website tersebut.
·
Sosialisasi
Dan Upaya Penegakan Etika Bisnis
Pemahaman
dan upaya mengingatkan kembali kepada karyawan tentang tata nilai dan etika
bisnis dilakukan melalui pengiriman materi sosialisasi dan sekaligus assessment
yang dilaksanakan setiap tahun. Materi tersebut berkaitan dengan pemahaman GCG,
etika bisnis, pakta integritas, fraud, manajemen risiko, pengendalian internal
(“SOA”), whistleblowing, pelarangan gratifikasi, tata kelola TI, menjaga
keamanan informasi dan hal-hal lainnya yang terintegrasi terkait dengan praktik
tata kelola perusahaan. Upaya dimaksud dilakukan melalui program survei etika
bisnis dengan populasi seluruh karyawan. Survei dilakukan secara online,
melalui media portal/ intranet yang diakhiri dengan pernyataan kesediaan
karyawan untuk menjalankan etika bisnis. Pemahaman dan penerapan etika bisnis
berikut hasil survei setiap tahun diaudit secara internal maupun eksternal
melalui proses audit SOA 404 terkait dengan penerapan control environment
sesuai kerangka kerja pengendalian internal COSO pada audit pengendalian
internal tingkat entitas.
·
Budaya
Perusahaan
Philosophy
to be the Best: Always The Best Always the Best adalah sebuah basic belief
untuk selalu memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan. Always the Best
memiliki esensi “Ihsan” yang dalam pengertian ini diterjemahkan “terbaik”.
Setiap insan Telkom Group yang memiliki spirit Ihsan akan selalu memberikan
hasil kerja yang lebih baik dari yang seharusnya, sehingga sikap
ihsan
secara otomatis akan dilandasi oleh hati yang ikhlas. Ketika setiap aktivitas
yang dilakukan adalah bentuk dari ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Philosophy
to be the Best: Integrity, Enthusiasm, Totality Always the Best menuntut setiap
insan Telkom Group memiliki integritas (integrity), antusiasme (enthusiasm),
dan totalitas (totality). Principles to be the Star: Solid, Speed, Smart
Principles
to be the Star dari The Telkom Way adalah 3S yakni Solid, Speed, Smart yang
sekaligus menjadi core values atau great spirit Solid - Seluruh insan Telkom
Group harus memberikan yang terbaik (Always The Best) dan meningkatkan
soliditas di antara seluruh insan Telkom Group sebagai satu Great Team. Speed -
Segenap insan Telkom Group harus bekerja cepat dalam setiap kesempatan untuk
memenangkan persaingan. Karena yang cepat akan mengalahkan yang lambat. Smart -
Seluruh insan Telkom Group dituntut bekerja smart, yaitu memahami tujuan yang
ingin dicapai, menentukan prioritas dan selalu mencari cara baru yang
lebih
baik untuk mencapai tujuan. Practices to be the Winner : Imagine – Focus –
Action Practices to be the Winner dari The Telkom Way adalah IFA yakni Imagine,
Focus, Action sekaligus sebagai Key Behaviors. Sosialisasi budaya perusahaan
dilakukan dengan secara top down menetapkan Seluruh Pimpinan Unit menjadi Role
Model dan Penunjukkan Change Agent di setiap unit. Untuk mengaktivasikan budaya
perusahaan, telah ditetapkan Tahun 2015 sebagai Tahun Budaya yang bertujuan
menginternalisasikan budaya perusahaan pada perilaku kerja karyawan
sehari-hari. Program Tahun Budaya 2015 disusun dalam Calendar of Event Untuk
memberikan persepsi yang sama kepada para Change Agent, telah dilakukan program
Culture Agent Onboarding yang diikuti oleh seluruh Change Agent yang berjumlah
263 orang dari Telkom dan 85 orang dari entitas anak. Akselerasi kegiatan
aktivasi budaya dilakukan dengan membentuk Komunitas Aktivasi Provokasi
(“Kipas”) Budaya di setiap unit yang dikelola secara langsung oleh para Role
Model dan Change Agent unit terkait. Pada Tahun 2015 telah terbentuk 147 Kipas
Budaya. Kipas Budaya merupakan wadah atau media yang digunakan untuk
mengakselerasi implementasi The Telkom Way dalam perilaku kerja sehari-hari
yang diharapkan mampu menginduksi cara kerja baru dan menciptakan suasana kerja
yang penuh semangat, menyenangkan dengan berpedoman The Telkom Way. Nama Kipas
Budaya ditetapkan sesuai kreativitas masing-masing unit secara fun dan
menyenangkan namun tetap etis dan santun. Monitoring kegiatan Kipas Budaya di
unit dilakukan secara online menggunakan Telkom Knowledge Management System
yang dinamakan KAMPIUN.
Guna
memotivasi keterlibatan karyawan dalam kegiatan aktivasi budaya, pada Bulan
Oktober dan Nopember dilakukan rangkaian kegiatan Culture Festival yang
bertujuan mengapresiasi unit atau karyawan yang paling aktif mengaktivasikan
budaya perusahaan The Telkom Way dalam perilaku kerja karyawan di unitnya.
Dalam kegiatan ini telah dipilih unit sebagai The Most Admired Culture
Activation Unit dan Karyawan sebagai The Most Inspiring Role Model serta The
Most Inspiring Culture Agent.
Dalam
rangka mengevaluasi efektivitas implementasi budaya perusahaan, telah dilakukan
pengukuran Indeks Kesehatan Budaya menggunakan Survei Entropi Budaya sejak
tahun 2013/2014. Hasil Survei Entropi pada Tahun 2014 adalah 9% dan pada Tahun
2015 tetap dapat dijaga pada level PRIME atau SEHAT yaitu < 9%.Pada ajang
Indonesia Human Capital Study Award 2015 (IHCS Award 2015), Telkom menerima
Penghargaan Best of Human Capital Initiative on Culture Management yang
diserahkan oleh Menteri Perindustrian Republik Indonesia Saleh Husin di
Jakarta, 22 Oktober 2015.
·
Evaluasi
Implementasi Etika Bisnis Dan Budaya Perusahaan
Setiap
tahun kami melakukan survei internal untuk mengetahui efektivitas penerapan
budaya Perusahaan dan etika bisnis, kami menyebutnya dengan istilah Etika
Bisnis Family Survey. Beberapa pertanyaan ditujukan kepada karyawan dilakukan
secara online agar dapat menjangkau semua karyawan secara cepat, meliputi: GCG,
Etika Bisnis, Tata Nilai The Telkom Way, anti fraud, ngendalian internal, pakta
integritas, whistleblowing system, dan lain-lain. Hasil survey pada tahun 2011,
2012, 2013, 2014 dan 2015 adalah 74,87 poin, 79,07 poin, 75,80 poin, 89,35 poin
dan 97,15 poin dari skala 100 poin. Hasil survei tahun 2015 meningkat 7,8 poin
dari tahun sebelumnya. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pemahaman karyawan
terhadap etika bisnis semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Budaya kerja perusahaan PT. Djarum
Budaya
kerja perusahaan ini bergerak dalam bidang penerimaan/penyaluran hasil tembakau
para petani, dan turut berperan dalam meningkatkanproduktivitas hasil tembakau.
Peusahaan-perusahaan ini banyak membina petani tembakau yang ada di Pulau
Lombok. Berbagai upaya dilakukan oleh perusahaan ini untuk lebih meningkatkan
hasil-hasil tembakau baik secara kualitas maupun kuantitas, diantaranya melalui
penyuluhan tentang cara pembibitan, pemeliharaan, pemungutan hasil panen,
pengolahan termasuk di dalamnya pengeringan dan pengepakan serta tidak kalah
pentingya dalam hal pemberian modal kepada petani. Selanjutnya dengan
memperhatikan berbagai latar belakang dan keterbatasan yang dimiliki oleh
petani dalam melakukan usahanya di atas, maka hendaknya terus dikembangkan
hubungan kemitraan dalam bentuk keterkaitan usaha yang saling menunjang dan
menguntungkan baik dengan koperasi, swasta dan Badan Usaha Milik Negara, serta
antara usaha besar, menengah dan kecil dalam rangka memperkuat.
struktur
ekonomi nasional. Senada dengan hal tersebut, menurut Sri Redjeki Hartono,
dalam rangka meningkatkan kemampuan usaha yang berskala kecil harus dibarengi
dengan kebijakan berupa beberapa upaya secara sistematis antara lain yaitu:
1. Menyediakan
perangkat peraturan yang sifatnya :
·
Mendorong terjadinya kerjasama/kemitraan.
·
Menciptakan bentuk kerjasama/kemitraan.
·
Memberi kemudahan dalam rangka terciptanya
kerjasama/kemitraan.
2. Membentuk
wadah-wadah kerjasama/kemitraan secara formal antara departemen,
jawatan
dan instansi yang bersifat teknis dengan pengusaha-pengusaha swasta
(menengah
dan kecil).
Kebijakan
seperti tersebut di atas, merupakan wujud dari kehendak untuk melakukan
keberpihakan kebijakan komunikasi organisasi kepada usaha kecil dan menengah,
tetapi tentu saja tanpa mengabaikan peranan usaha besar dan Badan Usaha Milik
Negara. Seperti kita ketahui bahwa kegiatan ekonomi di Indonesia secara
simultan dilakukan oleh Badan-Badan Usaha Milik Negara, Badan - Badan Usaha
Swasta dan Koperasi yang merupakan pendukung bangun ekonomi Indonesia.
Dari
definisi kemitraan sebagaimana tersebut di atas, mengandung makna sebagai
tanggung jawab moral pengusaha menengah/besar untuk membimbing dan membina
pengusaha kecil mitranya agar mampu mengembangkan usahanya sehingga mampu
menjadi mitra yang handal untuk menarik keuntungan dan kesejahteraan bersama.
Dalam pedoman pola hubungan kemitraan, mitra dapat bertindak sebagai Perusahaan
inti atau Perusahaan Pembina atau Perusahaan Pengelola atau Perusahaan
Penghela, sedangkan Plasma di sini adalah Petani Tembakau. Di dalam pelaksanaan
kemitraan pola inti plasma, perlu lebih cermat diperhatikan pola hubungan
kelembagaan antar mitra sebab secara umum memang harus disadari bahwa dalam
kemitraan bertemu dua kepentingan yang sama tetapi dilatarbelakangi oleh
kemampuan manajemen, kekurangpahaman dalam pengetahuan hukum, serta permodalan
memang sangat rentan untuk menjadi korban dari perusahaan inti yang jelas-jelas
mempunyai latar belakang yang lebih kuat.
SUMBER
:
http://www.scribd.com/doc/33288176/Budaya-Komunikasi-Organisasi-PT-Djarum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar