Economic
Value Added
Menurut Warsono (2001: 46), EVA adalah
perbedaan antara laba operasi setelah pajak dengan biaya modalnya. EVA
merupakan suatu estimasi laba estimasi laba ekonomis yang benar atas suatu
bisnis selama tahun tertentu.
Menurut Young dan O’Byrne (2001: 18) EVA
merupakan alat komukasi
yang efektif baik untuk penciptaan nilai yang dapat dijangkau oleh
manajer lini
yang akhirnya mendorong kinerja perusahaan dan untuk menghubungkan
dengan
pasar modal.
Pengertian EVA menurut Hanafi (2004)
adalah ukuran kinerja yang menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk
memperoleh nilai tambah tersebut.
Ide dasar dari Eva adalah pengemasan ulang
dari manajemen perusahaan yang dapat dipercaya dan prinsip keuangan yang pernah
ada. Namun EVA merupakan inovasi terpenting karena ia membuat teori keuntungan
moderen. Implikasi manajerial dari teori ini adalah mudah diakses oleh manejer
perusahaan yang tidak terlatih dengan baik dalam keuangan atau tidak pernah
memikirkan nya. EVA membantu para manejer untuk lebih memahami tujuan keuangan,
dan dengan demikian membantu mereka untuk mencapai tujuan.
EVA tidak memerlukan adanya sesuatu
perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam industri dan tidak pula membuat
suatu analisa kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya. Konsep ini lebih
menekankan pada penentuan besarnya cost of capital. Diperhitungkannya
biaya modal atas ekuitas merupakan keunggulan pendekatan EVA dibandingkan
pendekatan akuntansi tradisional dalam mengukur kinerja perusahaan.
Dasar teoritis dari konsep EVA disajikan
dalam kertas akademis yang dipublikasikan antara tahun 1958 dan 1961 oleh dua
ekonom financial, yaitu Merton H. Miller dan Franco Modligiani, yang
memenangkan hadiah Nobel dalam bidang ekonomi. Mereka berargumentasi bahwa laba
ekonomis (economic income) merupakan sumber penciptaan nilai (value
creation) di perusahaan dan bahwa tingkat pengembalian (rate of return
of capital) ditentukan berdasarkan tingkat risiko yang diasumsikan oleh
investor. Akan tetapi, Miller dan Modigliani tidak memberikan teknik untuk
mengukur laba ekonomis (economic income) dalam suatu perusahaan.
Awal mula istilah Economic Value Added
(EVA) diluncurkan oleh Stern Stewart Management Service, yaitu sebuah
perusahaan konsulat di Amerika Serikat pada tahun 1989. Konsep EVA dipopulerkan
oleh G. Bennett Steward III, managing partner dari Stern Steward & Co dalam
bukunya “The Quest for Value” pada tahun 1991. Tujuan dari pencetusan
ide ini adalah berawal dari usaha mereka untuk memperoleh jawaban terhadap
metode penilaian yang lebih baik. EVA merupakan modifikasi residual income.
Steward berusaha memperbaiki residual income dengan melakukan penyesuaian atas
NOPAT dan Capital, yang menurut mereka menyebabkan distorsi dalam modal
akuntansi untuk pengukuran kinerja. Sejak itu lebih dari 300 perusahaan didunia
mengadopsi disiplin tersebut.
EVA berfungsi sebagai "pengingat
konstan" bagi para manajer bahwa mereka belum benar-benar melakukan
pekerjaan dengan baik hingga mereka menghasilkan pengembalian yang dapat
menutup semua biaya modalnya. Selama perusahaan menemukan bahwa konsep EVA
dapat menghubungkan dengan lebih baik strategi perusahaan dan investasi dengan
nilai bagi pemegang saham, maka EVA menjadi alat yang berguna. EVA juga
membantu menekankan mengapa merupakan hal yang sangat penting bagi semua
manajer untuk mamahami konsep biaya modal. EVA yang positif secara umum
menunjukkan terjadinya penciptaan nilai bagi para pemegang saham, sementara EVA
yang negatif menunjukkan penghancuran nilai (Van Home, 2007:142).
EVA adalah suatu estimasi dari laba
ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan, dan sangat
jauh berbeda dari laba akuntansi. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa
setelah biaya dari seluruh modal, termasuk modal ekuitas setelah dikurangkan,
sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan beban untuk modal ekuitas
(Brigham & Weston, 2006:69). Adapun laba residu adalah kemampuan manajemen
untuk menghasilkan laba operasi bersih dikurangi dengan biaya modal yang digunakan
untuk menghasilkan laba bersih tersebut.
Pengertian EVA adalah suatu sistem
manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang
menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu
memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost
of capital). (Tunggal, 2001)
EVA (Economic Value Added) adalah
Sebuah konsep baru alat pengukuran kinerja EVA adalah metode nilai tambah
ekonomis (NITAMI) yang merupakan pendekatan baru dalam menilai kinerja keuangan
perusahaan dengan memperhatikan secara adil ekspektasi para penyandang dana.
Sumarsan (2013) mengemukakan bahwa EVA dikemukakan pertama pertama kali pada
awal tahun 1989, akan tetapi pada saat itu kurang ditanggapi oleh analisis
keuangan lainnya hingga sampai dengan September 1993 sebuah artikel pada
majalah Fortune menjelaskan secara rinci tentang konsep EVA dan
implementasi sukses yang dilakukan oleh Joel Stern dan Bennet Stewart pada
perusahaan besar di Amerika Serikat. Perusahaan yang menerapkan EVA adalah
Perusahaan Coca Cola,Perusahaan Toys R Us, Perusahaan Allied Holdings dan
perusahaan besar lainnya di Amerika Serikat.
Konsep EVA merupakan suatu konsep
penilaian kinerja keuangan perusahaan yang dikembangkan oleh Stem Stewart &
Co, sebuah perusahaan konsultan manajemen keuangan di Amerika Serikat. Konsep
EVA membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatian ke upaya penciptaan nilai
perusahaan dan menilai kinerja keuangan perusahaan secara adil yang diukur
dengan mempergunakan ukuran tertimbang (weighted) dari struktur modal
awal.
Metode EVA bertujuan untuk mengukur
kinerja investasi suatu perusahaan dan sekaligus memperhatikan kepentingan dan
harapan penyandang dana yaitu kreditur dan pemegang saham. Dengan metode EVA
akan diperoleh perhitungan ekonomis yang aktual karena EVA dihitung berdasarkan
biaya modal rata-rata tertimbang. Economic Value Added merupakan ukuran
keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value
added) perusahaan. Jika kinerja manajemen perusahaan baik atau efektif
(diketahui dari hasil nilai tambah yang diperoleh), maka harga saham perusahaan
akan mengalami peningkatan. Sehingga, manajer memfokuskan operasional
perusahaan pada EVA sudah pasti akan membantu mereka untuk beroperasi secara
konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. EVA akan mendorong manajer
untuk berpikir dan bertindak seperti yang dipikirkan oleh panyandang dana
(pemegang saham dan kreditur), yaitu memilih investasi yang memaksimumkan
tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal (opportunity cost)
sehingga pada gilirannya nilai perusahaan dapat dioptimalkan.
Jika EVA
benar-benar menggambarkan arus kas perusahaan yang sebenarnya, mudah dihitung
dan dapat dipahami maka secara otomatis EVA memiliki korelasi positif yang lebih
kuat terhadap perubahan-perubahan terhadap nilai pasar perusahaan. Hubungan
yang dekat dengan penilaian pasar dan menyatukan kepentingan manajer dengan
para pemegang saham merupakan ciri khas EVA sebagai ukuran yang lebih baik. EVA
digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajer sebagai bagian program pemberian
intensif, alasannya adalah EVA memberikan nilai tambah selama periode tertentu
dan EVA dapat diterapkan kepada unit-unit bisnis atau unit lainnya dari suatu
perusahaan besar. Jadi meningkatkan EVA secara teoritis akan meningkatkan nilai
perusahaan dan karenanya ini adalah ukuran yang bagus bagi kinerja manajer.
Economic Value Added (EVA) atau nilai
tambah ekonomis digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan. Kinerja
merupakan indikator perusahaan yang dapat menilai baik atau buruknya keadaan
sebuah perusahaan serta menilai prestasi yang telah dicapai suatu perusahaan.
EVA adalah jumlah uang, bukan rasio. EVA
dapat diperoleh dari selisih laba bersih operasional dengan beban modal (capital
charge). EVA dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi
yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan tingkat
pengembalian atas investasi yang dilakukan, karena biaya modal (cost of
capital) dihitung secara rata-rata tertimbang berdasarkan komposisi
struktur modal. Hasil dari perhitungan EVA dapat diartikan sebagai berikut:
1. EVA > 0, berarti telah terjadi nilai tambah ekonomis (economic
value added) dalam perusahaan. Jika semakin besar EVA yang dihasilkan maka
harapan para penyandang dana dapat terpenuhi dengan baik, yaitu mendapatkan
pengembalian investasi yang sama atau lebih dari yang diinvestasikan dan
kreditur mendapatkan bunga dan pengembalian pokok pinjaman. Pada posisi ini menunjukkan
bahwa perusahaan berhasil menghasilkan laba yang lebih tinggi dan menciptakan
nilai (value creation) bagi pemilik modal dengan kinerja keuangan yang
baik.
2.
EVA < 0, perusahaan belum
berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis, karena laba bersih operasional
tidak dapat memenuhi harapan penyandang dana, yaitu para penanam modal tidak
mendapatkan pengembalian yang sebanding dengan investasi yang ditanamkan dan kreditur
hanya mendapatkan bunga sedangkan pokok pinjaman belum dikembalikan atau
dikembalikan sebagian saja. Sehingga dengan EVA < 0 mengindikasikan laba
bersih operasional perusahaan kecil dan kinerja keuangan perusahaan tidak baik.
3. EVA
= 0, menunjukkan posisi impas yang berarti perusahaan hanya mampu menghasilkan
laba yang cukup untuk memenuhi kewajibannya pada penyedia dana baik kreditur
dan pemegang saham
Elemen-elemen dalam perhitungan EVA
1.
Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Menurut Tunggal (2001) NOPAT jika diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia adalah keuntungan bersih setelah pajak. Namun pengertian NOPAT yang
lebih tepat adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah
dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan (financial cost)
dan “non cash bookeping entries” seperti biaya penyusutan. Net
Operating Profit After Taxes (NOPAT) atau laba operasi bersih setelah pajak
merupakan sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan
tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki asset financial.
2.
Invested Capital
Menurut Tunggal (2001), Invested Capital adalah jumlah
seluruh pinjaman perusahaan diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interest
bearing liabilities), seperti hutang dagang, biaya yang masih harus
dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan, dan sebagainya. Invested capital
merupakan jumlah investasi dan bentuk asset yang berhubungan dengan
kegiatan operasional perusahaan. Invested capital juga merupakan
investasi perusahaan dalam bentuk kas, modal kerja dan aktiva tidak lancar
3.
Kebutuhan modal kerja
Dalam menghitung EVA perlu mempertimbangkan kebutuhan modal
kerja (working capital requirement) dari perusahaan. Modal kerja dapat
diartikan yaitu investasi perusahaan didalam aktiva jangka pendek seperti kas,
surat-surat berharga, piutang dagang, dan persediaan. Sedangkan yang dimaksud
modal kerja bersih itu adalah aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar.
Yang termasuk kedalam hutang lancar tersebut adalah hutang bank, kertas-kertas
berharga, hutang sagang, hutang upah dan pajak. Kebutuhan modal kerja dapat
disimpulkan sebagai investasi bersih yang dihasilkan perusahaan dari siklus
operasi.
4.
Cost of Capital
Cost of Capital atau biasa disebut dengan biaya modal
merupakan aliran kas yang dibutuhkan sebagai imbalan bagi para penyandang modal
atas risiko usaha atas modal yang ditanamkan. Biaya modal merupakan tingkat
pengembalian yang harus dihasilkan oleh perusahaan atas investasi proyek. Biaya
modal merupakan biaya tertimbang dari modal atau Weight Average Cost of
Capital (WACC) dari debt (hutang) dan equity (ekuitas) yang
digunakan perusahaan, dikarenakan perusahaan harus menghitung berapa besarnya cost
of debt (rd) (biaya hutang) dan cost of equity (re)
(biaya modal) sendiri. Biaya modal tersebut mempunyai kegunaan, salah satunya
adalah sebagai capital charge dalam menghitung Economic Value Added (EVA).
Cost of debt (biaya hutang) merupakan tingkat suku
bunga yang harus dibayar olehperusahaan untuk mendapatkan hutang jangka panjang
(hutang obligasi). Menurut Linawati (1999) cost of equity (biaya
ekuitas) adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki investor karena
ketidakpastian tingkat laba. Cost of equity ini meliputi business
risk (risiko bisnis) dan financial risk (resiko finansial). Business
risk merupakan risiko yang berhubungan tidak stabilnya laba atau profit,
sedangkan financial risk adalah risiko kesulitan finansial dalam hal
pembayaran biaya bunga dan pokok pada hutang.
Kedua komponen biaya modal tersebut di atas berguna untuk
mencari dan menentukan Weight Average Cost of Capital (WACC) atau biasa
disebut dengan biaya modal tertimbang rata-rata. WACC didapat dari biaya
ekuitas dan biaya hutang masing-masing dikali dengan persentase ekuitas dan
hutang dalam struktur modal perusahaan. Menurut David dan O’Byrne (2001), WACC
sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal-utang jangka pendek, utang
jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham-ditimbang berdasarkan proporsi
relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar.
Langkah-langkah Menghitung EVA
Langkah-langkah
menghitung EVA adalah sebagai berikut:
1. untuk
menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT) / Laba Operasi Bersih
Setelah Pajak. NOPAT adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah
dikurangi pajak penghasilan.
NOPAT = Laba bersih setelah
pajak + Biaya bunga
|
2. Menentukan
Nilai Invested Capital.
Menurut Tunggal (2001), Invested capital merupakan pinjaman jangka
pendek ditambah pinjaman jangka panjang (interest bearing liabilities)
ditambah ekuitas pemegang saham atau total hutang dan ekuitas dikurangi
pinjaman jangka pendek tanpa bunga
a. Pendekatan
Keuangan (Financial Approach)
Invested Capital = Pinjaman jangka prndek + Pinjaman jangka panjang
|
b. Pendekatan
Operasi (Operating Approach)
Invested Capital = Kas + Modal Kerja +
Aktiva Tetap
|
3.
Menghitung Tingkat Modal dari Hutang (D)
Untuk mengetahui
perbandingan antara tingkat
hutang dengan jumlah hutang dan ekuitas.
4. Menghitung
Biaya Hutang Jangka Pendek (rd)
Cost of Debt diketahui dari perbandingan antara beban bunga dan
jumlah pinjaman bank (jangka pendek).
Pada laporan laba rugi diketahui bahwa pajak penghasilan berasal
daribeban pajak berbanding dengan laba sebelum pajak.
Cost of Equity
(re) dihitung dari 1 / PER dimana PER diketahui dari data laporan
keuangan yang ada.
Tingkat
modal dari ekuitas dapat diketahui dari perbandingan antara total ekuitas
dengan total jumlah hutang dan ekuitas.
8. Menghitung
WACC (Weighted Average Cost of Capital / WACC) adalah sebagai berikut:
Weighted
Average Cost of Capital (WACC) adalah jumlah biaya tetap dari setiap
komponen modal-utang jangka pendek, utang jangka panjang dan ekuitas pemegang
saham-ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam stuktur modal perusahaan
pada nilai pasar.
Capital Charge = Invested
Capital x WACC
|
10. Menghitung
Nilai Economic Value Added Menurut David dan O’Byrne (2001), rumus umum
yang dipakai untuk menghitung EVA adalah sebagai berikut:
EVA = NOPAT – Capital Charge
|
Keterangan :
D = Tingkat Modal dari Hutuang
Rd = Biaya Hutang
E = Tingkat Modal dari Ekuitas
re = Biaya Ekuitas
tax = Persentase Tingkat Pajak
EPS = Laba Perlembar Saham
PER = Rasio Harga Laba
WACC = Biaya Rata-rata Tertimbang
Keunggulan
dan keterbatasan Economic Value Added (EVA)
A.
Keunggulan Economic Value Added (EVA)
Keunggulan
yang dimiliki model EVA menurut Sumarsan (2013) diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. EVA
membantu para penyandang dana untuk mendapatkan penghasilan yang maksimal. EVA
dapat mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih
tinggi daripada biaya modalnya.
2. Metode
EVA memiliki arti sekalipun dihitung secara mandiri tanpa memerlukan data
pembanding seperti data historis perusahaan, standar perusahaan, standar
perusahaan lain atau standar industri.
3. Penilaian
kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen
sesuai dengan keputusan pemegang saham sehingga para manajer akan berpikir dan
bertindak seperti yang dipikirkan oleh penyandang dana yaitu pemegang saham dan
kreditur untuk memilih investasi yang memaksimalkan tingkat dan pengembalian
dan meminimalkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat
dimaksimalkan.
4. EVA
menggambarkan arus kas perusahaan yang sebenarnya yang memfokuskan penilaiannya
pada nilai tambah dengan mengikutsertakan beban biaya modal sebagai konsekuensi
investasi; yang tidak dilakukan pada pendekatan akuntansi tradisional. Hal ini
mengakibatkan bahwa hasil penghitungan kinerja investasi yang diperoleh dengan
menggunakan EVA merupakan hasil yang sesungguhnya.
5. EVA
mengurangi terjadinya kesalahan dalam pengambilan kesimpulan atas kondisi
perusahaan yang sesungguhnya, karena adanya pertimbangan penanam modal atas
faktor risiko dan hasil yang diperoleh berupa dividen dan bunga.
B.
Keterbatasan Economic Value Added (EVA)
Beberapa
keterbatasan EVA menurut Sumarsan (2013) diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Metode
EVA adalah sulit untuk menghitung biaya modal, membutuhkan sumber daya (waktu,
tenaga) yang besar untuk mendasarkan penghitungan biaya modal dan jika terjadi
kesalahan penghitungan biaya modal akan mengurangi manfaat EVA.
2. Penghitungan
EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini sulit dilakukan untuk
perusahaan yang belum go-public, dengan menggunakan estimasi tersebut
dapat menyebabkan kesalahan dalam penghitungan biaya modal. Sehingga akan
mengurangi manfaat EVA. Penghitungan biaya modal yang dipakai yaitu dengan
menentukan biaya tertimbang rata-rata atas modal (dalam persentase) dan
menentukan total jumlah modal yang dipakai. Untuk menghitung biaya tertimbang
rata-rata atas modal, perusahaan harus mengidentifikasi seluruh sumber dana
yang diinvestasikan.
3. EVA
hanya mengukur hasil akhir dan tidak mengukur aktivitas (seperti tingkat
loyalitas konsumen dan tingkat retensi konsumen) perusahaan sehingga nilai
suatu perusahaan merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan tersebut.
Terdapat kemungkinan EVA pada perusahaan tahun berjalan dengan angka positif
yang sangat tinggi, akan tetapi nilai perusahaan tersebut tidak sesuai dengan angka EVA sekarang
karena angka EVA dimasa mendatang yang nilainya lebih kecil dari sekarang atau
dengan angka EVA yang negatif.
4. EVA
sulit diterapkan pada perusahaan yang beroperasi pada negara yangkondisi
perekonomian tidak stabil dengan tingkat suku bunga yang berfluktuasi. Hal ini
karena untuk menetapkan persentase biaya modal menjadi lebih sulit lagi.
Tingkat suku bunga berhubungan dengan permintaan dan penawaran dalam
perekonomian seperti halnya tingkat inflasi, variabel perekonomian yang
tercermin pada tingkat hasil bebas risiko.
5. EVA
adalah ukuran kinerja investasi berdasarkan pada peristiwa yang sudah terjadi.
Manfaat Metode EVA
Menurut Abdullah (2003), manfaat yang diperoleh dari penerapan Economic
Value Added (EVA) pada suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Penerapan
model EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan
dimana fokus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai (value creation).
2. Penilaian
kinerja keuangan dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian
manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA para manajer
akan berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih
investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan memimumkan tingkat biaya
modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
3. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasikan proyek atau kegiatan yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi daripada biaya modalnya. Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan adanya penciptaan nilai dari proyek tersebut dan dengan demikian sebaiknya diambil, begitu pula sebaliknya.
SUMBER:
S. David, Young dan Stephen F. O’Byrne. 2001. EVA dan
Manajemen Berdasarkan Nilai. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Sumarsan. (2013). Manajemen Keuangan. Keterbatasan
Economic Value Added, Jakarta.
Young dan Stephen F. O’Byrne. (2001:18). EVA Merupakan
Alat Komukasi. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar